Oleh: Erdus Anggal
Pengawas Forum Agroindustri Indonesia 2019-2020 dan Presidium Riset dan Teknologi PMKRI Cabang Malang Periode 2020-2021
pertanian adalah fondasi ekonomi nasional. Segala jenis makanan yang dikonsumsi manusia setiap hari bersumber dari hasil pertanian. Tidak dapat dipungkiri, kebutuhan akan makanan akan berdampak pada permintaan pasar. Semakin banyak permintaan, maka semakin besar juga tuntutan produksi yang harus di hasilkan dari pertanian.
Tentu bahan pertanian bukan sesuatu yang dihasilkan begitu saja tanpa ada orang yang berusaha menanam dan merawat, memproduksi dan memasarkannya. Orang yang menanam dan merawat tanaman penghasil makanan banyak diisi oleh orang-orang yang mengandalkan tenaga dan pengalaman turun temurun. Mereka inilah yang jarang dibicarakan dan di perjuangkan dalam diskusi golongan yang menyebut diri pejuang.
Petani sangat berjasa dalam sejarah peradaban manusia. Persoalan yang selalu menimpa petani menyebabkan penyusutan minat bertani bagi kalangan muda. Tidak heran, banyak anak muda enggan memilih petani sebagai jalan hidup.
Bahkan, di lingkaran petani, mereka cenderung memilih pekerjaan atau beralih profesi dalam pekerjaan lain, misalnya, buruh bangunan. Padahal, di titik inilah, penting bagi orang-orang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi petani.
Menurut penulis, ada beberapa persoalan yang dihadapi petani dalam meningkatkan hasil pertanian.
Kesejahteraan Petani
Perlu dicatat, persoalan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Apabila kita melihat data BPS Indonesia, kasus kemiskinan banyak terjadi di masyarakat pedesaan. Masyarakat miskin di pedesaan sebagian besar adalah petani.
Tentu jika diamati dengan seksama pernyataan yang semestinya diucapkan ialah petani tidak miskin. Lalu apa yang membuat mereka jatuh dan terjerat dalam lingkaran kemiskinan? Di titik ini, kita perlu menganalisis masalah itu.
Salah satu tolak ukur kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani [NTP), yaitu semakin tinggi nilai tukar pertanian, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan petani (Darwanto 2005). Artinya kesejahteraan petani bisa terealisasi melalui pendapatan mereka yang meningkat, minimnya terjadi kegagalan panen, produktivitas meningkat, dan harga gabah dibeli tinggi (Sunarti dan Khomsan, 2006).
Sementara faktor-faktor yang menyebabkan para petani masih belum merasakan kesejahteraan dan belum juga maju menurut Keumala dan Zainuddin (2018) disebabkan beberapa faktor, seperti, harga gabah dibeli murah oleh para pengumpul atau tengkulak. Faktor lainnya, urangnya pasokan subsidi pupuk dan benih tanaman oleh pemerintah, kebijakan pengimporan beras dari negara tetangga, dan sulitnya akses pinjaman untuk petani.
Harga Produsen