Dilema Petani dan Masalah Pertanian di Manggarai Timur: Pemda Jangan Tutup Mata

- Sabtu, 4 Februari 2023 | 21:46 WIB
Erdus Anggal (sumber: dok.pri)
Erdus Anggal (sumber: dok.pri)

Oleh: Erdus Anggal

Pengawas Forum Agroindustri Indonesia 2019-2020 dan Presidium Riset dan Teknologi PMKRI Cabang Malang Periode 2020-2021

 

pertanian adalah fondasi ekonomi nasional. Segala jenis makanan yang dikonsumsi manusia setiap hari bersumber dari hasil pertanian. Tidak dapat dipungkiri, kebutuhan akan makanan akan berdampak pada permintaan pasar. Semakin banyak permintaan, maka semakin besar juga tuntutan produksi yang harus di hasilkan dari pertanian.

Tentu bahan pertanian bukan sesuatu yang dihasilkan begitu saja tanpa ada orang yang berusaha menanam dan merawat, memproduksi dan memasarkannya. Orang yang menanam dan merawat tanaman penghasil  makanan banyak diisi oleh orang-orang yang mengandalkan tenaga dan pengalaman turun temurun. Mereka inilah  yang jarang dibicarakan dan di perjuangkan dalam diskusi golongan yang menyebut diri pejuang.

Petani sangat berjasa dalam sejarah peradaban manusia. Persoalan yang selalu menimpa petani menyebabkan penyusutan minat bertani bagi kalangan muda. Tidak heran, banyak anak muda enggan memilih petani sebagai jalan hidup.

Bahkan, di lingkaran petani, mereka cenderung memilih pekerjaan atau beralih profesi dalam pekerjaan lain, misalnya, buruh bangunan. Padahal, di titik inilah, penting bagi orang-orang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi petani.

Menurut penulis, ada beberapa persoalan yang dihadapi petani dalam meningkatkan hasil pertanian.

Kesejahteraan Petani

Perlu dicatat, persoalan yang  terjadi  di Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Apabila kita melihat data BPS Indonesia, kasus kemiskinan banyak terjadi di masyarakat pedesaan. Masyarakat miskin di pedesaan sebagian besar adalah petani.

Tentu jika diamati dengan seksama pernyataan yang semestinya diucapkan ialah petani tidak miskin. Lalu apa yang membuat mereka jatuh dan terjerat dalam lingkaran kemiskinan? Di titik ini, kita perlu menganalisis masalah itu.

Salah satu tolak ukur kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani [NTP), yaitu semakin tinggi nilai tukar pertanian, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan petani (Darwanto 2005). Artinya kesejahteraan petani bisa terealisasi melalui pendapatan mereka yang meningkat, minimnya terjadi kegagalan panen, produktivitas meningkat, dan harga gabah dibeli tinggi (Sunarti dan Khomsan, 2006).

Sementara  faktor-faktor yang menyebabkan para petani masih belum merasakan kesejahteraan dan belum juga maju  menurut Keumala dan Zainuddin (2018) disebabkan beberapa faktor, seperti, harga gabah dibeli murah oleh para pengumpul atau tengkulak. Faktor lainnya, urangnya pasokan subsidi pupuk dan benih tanaman oleh pemerintah, kebijakan pengimporan beras dari negara tetangga, dan sulitnya akses pinjaman untuk petani.

Harga Produsen

Halaman:

Editor: Arsi Kurniawan

Tags

Terkini

Wajah Baru Kapitalisme

Sabtu, 1 April 2023 | 09:27 WIB

Tindak Pidana Aborsi

Jumat, 31 Maret 2023 | 18:08 WIB

PENTINGNYA MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP

Jumat, 31 Maret 2023 | 17:58 WIB

Guru Honorer Antara Profesional dan Kesejahteraan

Jumat, 31 Maret 2023 | 16:37 WIB

Character Education

Jumat, 31 Maret 2023 | 15:32 WIB

Etika Dalam Bersosial Media di Zaman Sekarang

Kamis, 30 Maret 2023 | 18:42 WIB

Pendidikan Di Era Modern

Kamis, 30 Maret 2023 | 18:15 WIB

Pentingnya Merawat Lingkungan Hidup

Kamis, 30 Maret 2023 | 17:10 WIB

Pentingnya Menanam Karakter Sejak Dini

Kamis, 30 Maret 2023 | 10:15 WIB

Bahaya Pergaulan Bebas Dikalangan Remaja

Kamis, 30 Maret 2023 | 09:47 WIB
X